Selasa, 12 Januari 2010

SEJARAH JAWA BARAT DARI ZAMAN KE zaMan

menurut persepsi masing-masing. Dengan demikian, sesungguhnya tiap orang
adalah sejarawan dari dirinya sendiri.
Oleh karena itu, suatu masyarakat atau bangsa hendaknya memiliki
kesadaran dan apresiasi yang tinggi akan sejarahnya. Masyarakat Jawa Barat,
khususnya masyarakat Sunda, seyogyanya memahami atau minimal mengetahui
peristiwa-peristiwa sejarah di Tatar Sunda, agar mereka lebih memahami akan jati
dirinya. Hal itu penting karena daerah Jawa Barat sungguh kaya akan peristiwa
sejarah dari masa ke masa, baik yang bersifat lokal maupun nasional, bahkan dalam
masa tertentu di Jawa Barat terjadi peristiwa sejarah yang berskala internasional,
misalnya Konferensi Asia-Afrika di Bandung tahun 1955.
Sejak masa kerajaan hingga kini, di daerah Jawa Barat terjadi berbagai
peristiwa sejarah penting yang mengandung berbagai makna pula, sesuai dengan
gejolak jamannya. Peristiwa atau moment penting itu di antaranya adalah Kerajaan
Tarumanagara (abad ke-5 hingga abad ke-8), Kerajaan Sunda/Pajajaran (abad ke-8
hingga abad ke-16), Kerajaan Galuh (abad ke-8 hingga abad ke-15), dan Kerajaan
Sumedang Larang (1580-1620). Pada awal masa kerajaan, ke daerah Jawa Barat
masuk pengaruh budaya Hindu-Budha.
Sementara itu muncul Kesultanan Cirebon (1479-1809) dan Kesultanan
Banten (1552-1832). Dengan berdirinya kedua kesultanan itu, Jawa Barat menjadi
salah satu pusat penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Pada abad ke-17, sebagian
wilayah Jawa Barat, khususnya daerah Priangan berada di bawah pengaruh
kekuasaan Mataram (1620-1677). Selanjutnya Jawa Barat semakin memiliki arti
penting karena menjadi pusat kegiatan/kekuasaan kolonial Belanda di Nusantara,
4
yaitu pusat kegiatan Kompeni/VOC (abad ke-17 hingga akhir abad ke-18) dan
pusat pemerintahan Hindia Belanda (awal abad ke-19 hingga Maret 1942) serta
pusat pemerintahan Pendudukan Jepang di Jawa (awal Maret 1942 hingga
pertengahan Agustus 1945). Pada awal abad ke-20 hingga menjelang proklamasi
kemerdekaan, Jawa Barat juga menjadi pusat kegiatan pergerakan nasional,
sehingga bangsa Indonesia berhasil menetuskan Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945. Peristiwa yang disebut terakhir juga terjadi di daerah Jawa Barat.
Dalam perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan dan menegakkan kemerdekaan,
Jawa Barat menjadi pusat perjuangan, sekaligus sebagai pusat kegiatan
Pemeerintah Republik Indonesia dalam rangka mengisi kemerdekaan dengan
berbagai program pembangunan.
Dalam setiap kurun waktu tersebut, banyak peristiwa sejarah yang memiliki
arti penting, baik bagi masyarakat dan daerah Jawa Barat khususnya maupun bagi
kepentinan nasional bangsa dan pemerintah Indonesia pada umumnya. Berdasarkan
ruang lingkup spasialnya, sejarah Jawa Barat termasuk kategori sejarah lokal.
Namun demikian, studi sejarah lokal penting artinya bagi suatu bangsa seperti
Indonesia yang menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan. Untuk mengetahui
kesatuan yang lebih besar, bagian yang lebih kecil jangan diabaikan, melainkan
harus dimengerti dengan baik. Seringkali hal-hal yang ada/terjadi di tingkat
nasional baru dapat dimengerti dengan lebih baik apabila perkembangan di tingkat
lokal dipahami dengan baik pula. Hal-hal di tingkat yang lebih luas (nasional)
biasanya hanya memberikan gambaran dari pola-pola serta masalah umum,
sedangkan situasinya yang lebih konkret dan mendalam baru dapat diketahui
5
melalui gambaran sejarah lokal. Dengan kata lain, studi sejarah Jawa Barat bukan
hanya penting artinya bagi kelengkapan sejarah nasional, tetapi penting pula untuk
memperdalam pengetahuan tentang dinamika sosiokultural masyarakat yang
bersangkutan. Dalam pada itu, selain peran keilmuannya, kajian sejarah lokal
seperti sejarah Jawa Barat memiliki arti praktis bagi pembangunan, baik
pembangunan daerah maupun pembangunan nasional, termasuk pembangunan
bidang budaya dalam arti luas. Untuk keperluan itu, pemahaman akan berbagai
jenis sumber sejarah Jawa Barat dan sikap kritis terhadapnya, mutlak diperlukan.
III. Permasalahan dan Relevansinya dengan Pembangunan
Permasalahan yang dimaksud di sini adalah permasalahan dalam atau
tentang sejarah Jawa Barat dan/atau yang berkaitan dengan sejarah Jawa Barat.
Secara garis besar permasalahan itu mencakup penulisan dan pemahaman sejarah
Jawa Barat. Bila dikaji secara seksama, kedua permasalahan itu ada relevansinya
dengan pembangunan dalam arti luas, baik pembangunan mental-spriritual,
pembangunan fisik daerah, maupun pembangunan sosial budaya.
Hingga kini sejarah Jawa Barat sudah cukup banyak ditulis, baik oleh
sejarawan profesional maupun sejarawan amatir. Pada umumnya tulisan-tulisan itu
sudah mencakup garis besar periodisasi sejarah Jawa Barat, yaitu masa kerajaan,
masa penjajahan, dan masa kemerdekaan, bahkan sudah ada tulisan mengenai Jawa
Barat masa prasejarah. Oleh karena sejarah Jawa Barat mencakup kurun waktu
sangat panjang dan mengandung permasalahan luas dan kompleks, maka setiap
6
tulisan umumnya hanya menguraikan aspek-aspek tertentu (tematis) dalam kurun
waktu tertentu pula. Misalnya, masa kerajaan dengan penekanan pasa aspek
pemerintahan, penyebaran agama Islam, penjajahan kolonial dan pendudukan
Jepang (aspek politik dan militer), pergerakan nasional (aspek politik), tentang
revolusi kemerdekaan dengan beberapa permasalahannya (aspek politik dan
militer), tentang pendidikan (hingga tahun 1950-an), tentang pemerintahan (hingga
tahun 1990-an), sejarah kota, sejarah kabupaten, dan lain-lain, secara garis besar.
Tulisan-tulisan tersebut umumnya belum banyak mengungkap aspek-aspek
sosial budaya secara eksplisit. Uraian pada tulisan-tulisan itu umumnya masih
bersifat deskriptif-naratif. Kalaupun ada yang bersifat deskriptif-analisis, sifat
analisisnya masih dangkal. Tulisan tentang aspek-aspek sejarah Jawa Barat yang
bersifat analisis umumnya berupa makalah, skripsi, tesis, dan disertasi yang
notabene belum dikomsumsi oleh masyarakat luas. Tulisan-tulisan tersebut baru
sebagian kecil yang diterbitkan dan dikonsumsi oleh masyarakat. Namun
pengkonsumsiannya masih terbatas pada kalangan masyarakat tertentu. Hal ini
dikarenakan kebiasaan membacca masyarakat Indonesia umumnya, termasuk
masyarakat Sunda, masih lemah.
Sementara itu, dalam sejarah Jawa Barat masih banyak aspek-aspek sosial
budaya masyarakat yang belum terungkap secara jelas, seperti tentang pertanian,
perekonomian, perdagangan, kesenian, transportasi dan komunikasi, institusi
masyarakat atau organisasi sosial, sejarah pedesaan, keterlibatan dan peranan
rakyat dalam setiap peristiwa sejarah, dan sebagainya. Permasalahan tersebut erat
kaitannya dengan kendala dalam menulis sejarah, antara lain sedikit/terbatasnya
7
sumber sejarah yang diperoleh dan sulitnya menemukan sumber yang akurat. Hal
ini akan mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam proses penulisan sejarah,
seperti kesalahan pemilihan topik, kesalahan pengumpulan sumber, kesalahan
verifikasi, kesalahan interpretasi, dan kesalahan penulisan. Kesalahan-kesalahan itu
satu sama lain berhubungan secara kausalitas yang pada dasarnya bermuara pada
kesalahan pengumpulan sumber dan kesalahan interpretasi.
Kelemahan dan kesalahan itu terdapat pula dalam beberapa tulisan tentang
sejarah Jawa Barat. Kelemahan umum terjadi pada sifat uraian yang kurang
memberikan eksplanasi tentang makna peristiwa. Salah satu contoh kesalahan
pemilihan topik adalah tulisan berjudul Prabu Siliwangi. Topik itu dikatakan salah,
karena Prabu Siliwangi bukan tokoh sejarah melainkan tokoh mitos (tokoh sastra).
Kasus ini juga menunjukkan kesalahan interpretasi, verifikasi, dan penulisan.
Campuraduknya antara sejarah dengan mitos memang merupakan gejala umum di
kalangan masyarakat. Mungkin hal itu terjadi karena mereka (rakyat) banyak
mengetahui cerita yang mirip sejarah dari sumber berupa babad atau wawacan. Hal
ini menunjukkan lemahnya pemahaman akan pengertian sejarah. Contoh lain dari
kelemahan pengumpulan sumber dan kesalahan interpretasi serta lemahnya
kesadaran sejarah, terjadi dalam sejarah kabupaten yang menari hari jadi kabupaten
yang bersangkutan, misalnya Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung.
Kabupaten Sumedang memilih hari jadinya tanggal 22 April 1578. Hal ini berarti
kabupaten itu berdiri pada akhir masa Kerajaan Sunda/Pajajaran, padahal fakta
sejarah menunjukkan bahwa Kabupaten Sumedang berdiri jauh setelah Kerajaan
Sunda/Pajajaran runtuh (1580). Berdasarkan pengertian kabupaten atau secara
8
administratif, Kabupaten Sumedang berdiri kira-kira tahun 1620, dibentuk oleh
Sultan Agung, penguasa Mataram (1613-1645) dalam usahanya menguasai daerah
Priangan. Kabupaten Bandung pun dibentuk oleh Sultan Agung berdasarkan
piagam bertanggal 9 Muharam Tahun Alip. F. de Haan dalam bukunya berjudul
Priangan; De Preanger Regentshappen Onder het Nederlandsch Bestuur Tot 1811,
jilid III (1912) menafsirkan tanggal piagam itu bertepatan dengan tanggal 20 April
1641. Tanggal inilah yang dipilih sebagai hari jadi Kabupaten Bandung. Kasus ini
merupakan kelemahan dalam pengumpulan dan penggunaan sumber, karena
ternyata ada sumber lain yang memuat tafsiran lain terhadap tanggal piagam
tersebut, yaitu tanggal 16 Juli 1633. Berdasarkan buku Perbandingan Tarich dan
kajian terhadap peristiwa yang berhubungan secara kausalitas dengan pembentukan
Kabupaten Bandung, saya cenderung pada tanggal 16 Juli 1633 sebagi hari jadi
Kabupaten Bandung.1)
Kelemahan dan kesalahan dalam penulisan sejarah itu, selain akibat
kelemahan dalam penelitian sumber dan kelemahan dalam penguasaan metode
sejarah serta aplikasinya, mungkin pula disebabkan oleh kuatnya perasaan
emosional dan unsur subyektivitas dari pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan
adanya kelemahan-kelemahan dan kesalahan-kesalahan dalam penulisan sejarah,
termasuk dalam sejarah Jawa Barat, maka tulisan sejarah Jawa Barat mengenai
aspek-aspek tertentu perlu dikaji ulang dan direvisi. Demikian pula aspek-aspek
atau peristiwa yang belum terungkap perlu diteliti, dikaji, dan ditulis dengan
memperhatikan syarat-syarat dan ciri-ciri karya sejarah serta berdasarkan metode
1) Permasalahan ini memerlukan pembicaraan secara khusus.
9
sejarah. Dengan demikian, sejarah Jawa Barat sebagai sejarah lokal akan memiliki
fungsi, kegunaan, dan signifikansi seperti yang telah dikemukakan. Dalam hal ini,
sejarah kebudayaan Sunda patut mendapat perhatian, dikaji dan ditulis, serta
hasilnya dikonsumsikan kepada masyarakat. Melalui tulisan ini, diharapkan
masyarakat Sunda semakin memahami akan jati diri dan potensinya, sehinga
menumbuhkembangkan sikap mental-spiritual yang positif. Dengan memahami
sejarahnya, para pendukung kebudayaan Sunda diharapkan akan mampu membuat
strategi untuk memelihara dan mengembangkan budaya Sunda, sehingga budaya
Sunda bukan hanya milik dan dicintai oleh orang Sunda, tetapi juga menjadi aset
nasional, baik dalam mengisi abad ke-21 maupun abad-abad selanjutnya.
IV. Kesimpulan
Sejarah Jawa Barat dari masa ke masa mengandung banyak permasalahan
yang cukup menarik untuk dikaji secara seksama, karena sejarah Jawa Barat selain
memiliki fungsi dan kegunaan seperti sejarah pada umumnya, juga memiliki
sifnifikasi tersendiri (istimewa), baik bagi pembangunan masyarakat dan daerah
Jawa Barat pada khususnya maupun bagi kepentingan pembangunan nasional pada
umumnya. Hal ini disebabkan daerah Jawa Barat dari masa ke masa memiliki
kedudukan yang strategis di wilayah Nusantara, dan memiliki potensi serta peranan
penting dalam berbagai kegiatan.
Oleh karena itu, kesadaran akan sejarah perlu dimiliki. Pemahaman sejarah
dapat menunjang pembinaan dan pengembanga budaya. Kesadaran atau
10
pemahaman sejarah adalah budaya. Sejarah dan budaya dalam satu segi memiliki
fungsi/kegunaan yang sama, yaitu sama-sama menunjukkan identitas masyarakat
pemiliknya. Dengan kesadaran tersebut, kebudayaan Sunda dan pemiliknya akan
turut berkiprah atau berperan dalam mengisi abad ke-21 dan abad-abad selanjutnya.
11
SUMBER ACUAN
Abdullah, Taufik (ed.). 1985.
Sejarah Lokal di Indonesia; Kumpulan Tulisan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Alfian, T. Ibrahim. 1975.
Sejarah dan Permasalahan Masa Kini. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada.
Ali, Mohammad. 1975.
Sejarah Jawa Barat. Bandung: Proyek Penunjang Peningkatan Kebudayaan
Nasional Propinsi Jawa Barat.
Atja (ed.). 1975.
Sejarah Jawa Barat dari Masa Prasejarah Hingga Masa Penyebaran
Agama Islam. Bandung: Proyek Penunjang Peningkatan Kebudayaan
Nasional Propinsi Jawa Barat.
Ayatrohaedi (ed.). 1985.
Pemikiran Tentang Pembinaan Kesadaran Sejarah. Jakarta: Depdikbud.
Disjarahnitra.
Danasasmita, Saleh. 1983/1984.
Sejarah Jawa Barat. Bandung: Pemda Tk I Propinsi Jawa Barat. Proyek
Penerbitan Buku Sejarah Jawa Barat.
Ekadjati, Edi S. et al. 1978.
Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Jawa Barat. Jakarta: Depdikbud.
Disjarahnitra. Proyek IDKD.
--------. 1980/1981.
Sejarah Revolusi Kemerdekaan Daerah Jawa Barat. Bandung: Depdikbud.
Disjarahnitra. Proyek IDKD.
de Haan, F. 1912.
Priangan; De Preanger Regentschappen Onder het Nederlandsch Bestuur
Tot 1811. Deel III. Batavia: BGKW.
Hardjasaputra, A. Sobana. 1997.
“Fungsi dan Makna Sejarah Bagi Peningkatan Sumber Daya Manusia”.
Jurnal Sastra. No. 3, Th. V: 27-31.
--------. 1977.
“Masalah Sekitar Hari Jadi Kabupaten Sumedang”. Jurnal Sastra, No. 4,
Th. V: 4-9.
Hariyono. 1995.
Mempelajari Sejarah Secara Efektif. Jakarta: Pustaka Jaya.
Indonesia. Arsip Nasional. 1976.
Memori Serah Jabatan 1921-1930 (Jawa Barat). Jakarta.
--------. 1980.
Memori Serah Jabatan 1931-1940 Jawa Barat (1). Jakarta.
Indonesia. Kempen. 1953.
Propinsi Djawa Barat. Djakarta.
12
Jawa Barat. Pemda Propinsi. 1993.
Sejarah Pemerintahan di Jawa Barat. Bandung.
Kosoh et al. 1984.
Sejarah Daerah Jawa Barat. Jakarta: Depdikbud. Proyek Penelitian dan
Penatatan Kebudayaan Daerah.
Kuntowijoyo. 1995.
Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.
Notosusanto, Nugroho. 1978.
Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer. Jakarta: Yayasan Idayu.
Widja, I Gde. 1991.
Sejarah Lokal Suatu Perspektif Dalam Pengajaran Sejarah. Bandung:
Angkasa.
13
SEJARAH JAWA BARAT
DARI ZAMAN KE ZAMAN
SIGNIFIKANSI DAN RELEVANSINYA
DENGAN PEMBANGUNAN
MATERI KULIAH
SEJARAH JAWA BARAT/SEJARAH SUNDA
A. Sobana Hardjasaputra
Juruan Sejarah
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2002

Tidak ada komentar:

Posting Komentar